Renungan: Kisah Ulat Dan Pohon Mangga

Seekor ulat yang kelaparan terdampar di tanah tandus. Dengan lemas ia menghampiri pohon mangga sambil bertanya,

"Aku lapar, bolehkah aku makan daunmu?"

Pohon mangga menjawab, "Tanah di sini tandus, daunku pun tidak banyak. Apabila kau makan daunku, nanti akan berlubang dan tidak kelihatan cantik lagi. Lalu aku mungkin akan mati kekeringan. Hmm…tapi baiklah, kau boleh naik dan memakannya. Mungkin hujan akan datang dan daunku akan tumbuh kembali."

Ulat naik dan mulai makan. Ia hidup di atas pohon itu sampai menjadi kepompong dan akhirnya berubah menjadi kupu² yang cantik.

"Hai pohon mangga, lihatlah aku sudah menjadi kupu². Terima kasih karena telah mengijinkan aku hidup di tubuhmu. Sebagai balas budi, aku akan membawa serbuk sari hingga bungamu dapat berbuah."

Dalam hidup kita sering memperhitungkan untung rugi pengorbanan yang dilakukan. Jika saya beri, saya akan kekurangan.

Bagaimana mengatasinya? Bagaimana kalau ternyata saya ditipu?

Tapi sadarkah kita, setiap kita memberi, ada sepercik sukacita di hati?

Saya merasakannya dan bersyukur atasnya.
Seperti pesan Mother Teresa:
"Lakukan apa yang menjadi bagianmu, dan jangan berpikir apa yang akan kita dapat."
Bila ingin memberi, lakukanlah…karena semuanya yang akan kembali ke kita juga.

Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

0 komentar:

Posting Komentar