Tapi bukankah ada istilah bahwa
“Orang yang mencintaimu
adalah orang yang mendengar dan melihat banyak hal buruk mengenaimu, dan dia
tetap mencintaimu”
Badan gw lunglai, lemes, sekitar 30 menit menunggu di depan gerbang rumahnya dengan kondisi mesin motor menyala, berharap ada seseorang (atau kalau beruntung ya dia) dari dalam rumah tersebut melihat gue.
Segala usaha, hape nokia yang low bat dan hape item putih dikerahkan untuk mencoba menelepon dia lagi dan lagi. Meskipun gw tahu dia matiin hape, tapi seolah emosi dan rasa menjadikan segala logika gw hilang dan menjadi bego sebego begonya. gw gak berhenti menelepon nomor yang selalu menjawab “nomor yang anda tuju sedang tidak dapat dihubungi”. Bukan sekali, tapi berpuluh kali.
Dan akhirnya gw menyerah, putar balik motor lalu pulang. Mungkin ada benarnya, kesedihan dan rasa kecewa memicu kita lebih berani. Gw bawa motor setengah terbang, entahlah, jangan tanya gw kenapa.
Separuh malam gw lewatkan dengan mengutuki diri, mengutuki kegagalan gw dalam “menjaga hati” dan “menarik empati”. Begitu sulitnya mendapatkan sedikit perasaan cinta dari orang yang setengah mati gw cintai. Gw begitu marah sama diri sendiri atas ketololan gw gak bawa hape yang gw pikir dibawa pun percuma karena low bat dan mungkin lebih baik ditinggal dalam keadaan dicas.
Sebagian malam ini juga gw lewatkan dengan bengong mengutuki kesialan gw karena tidak bisa menjadi orang yang mampu membuat citra baik untuk seluruh dunia. Dulu gw gak pernah peduli dengan apapun omongan orang karena sejauh itu tidak benar, gak ngaruh. Tapi ternyata cira diri juga penting seperti halnya bagaimana dia tampak menarik diri setelah mendengar banyak gosip miring mengenai gw?
Jadi seluruh usaha keras gw menjadi mentah hanya dengan satu dua kata jahat dari orang2 yang TIDAK SEBERUNTUNG GW yang memiliki kehidupan NYATA dan tidak menjadi begitu DESPERATE dengan menjadi si IRI dan si DENGKI. Orang orang yang tidak memiliki kemampuan lain selain menjadi penggosip. Orang-orang yang begitu berminat MENGETAHUI KEHIDUPAN GUE ketika gw bahkan gak kenal dan GAKPEDULI dengan keberadaan mereka.
Tapi bukankah ada istilah bahwa “Orang yang mencintaimu adalah orang yang mendengar dan melihat banyak hal buruk mengenaimu, dan dai tetap mencintai”
Dan di waktu-waktu akhir gw menalaah sisi-sisi lain. Gw melihat log percakapan di whatssapp, pukul 18:10 dia menanyakan apakah gw siap, lalu jam 18:30 dia langsung mengirim pesan bahwa dia menganggap gw membatalkan janji ketemu. Ya batas kesabarannya hanya 20 menit sebelum memutuskan untuk MENGHILANG dari gw. Gak ada pertanyaan dan permintaan penjelasan, tak usahlah gw mimpi mendapatkan pertanyaan berisi kekhawatiran.
Mengapa begitu marahnya? Bukankah ada istilah bahwa “cinta selalu memaafkan” karena memang gw gak pernah bisa marah sama orang yg gw cintai. Lalu mengapa gak khawatir? Bukankah cinta selalu ditandai dengan perasaan peduli?
Dan di ujung pemikiran itu gw mentertawakan diri, lah memangnya gw siapa? Gw cuma pemimpi, mendapatkan cinta sejati yang dulu gw yakin gw punyai dan ternyata bukan. Mungkin, cinta sejati itu ada, tapi bukan buat gw. Gue cuma seorang tebegaya.