Serangkai Kata Yang Itu-itu Saja

Entah keberapa kali
Aku merayumu untuk mengerti
Aku memohonmu untuk memaklumi
Bahkan aku menyentuhkan lututku di keras kerikil kenyataan


Bahwa aku...
Hanyalah aku....

Aku memahami
Bahwa untuk memahamiku
Berapa kali kamu harus terjerembab dalam kenyataan

Bahwa memelukku adalah menarik selimut hampaDi mimpi-mimpimu yang harusnya indah


Aku pun berujar
Meski aku tahu tak menambah pola di kosong hidupku
Aku pun berucap
Meski aku tahu tak membuktikan apapun dari ketulusanku yang tak terbuktikan

Aku meraungKarena keputus-asaan akan keinginan memnjewantahkan janji menjadi kenyataan

Dan yang aku mampu lakukan
Hanya merayumu untuk mengerti
Hanya memohonmu untuk memahami
Dan kembali menyentuhkan lututku kemudian bersimpuh mengutarakan

Bahwa aku hanyalah aku

Aku yang tak mampu menegakkan kuasaku atas selembar penghidupan
Aku yang tak mampu mengaiskan tangan di tumpukan kebanggaan
Aku yang hanya mampu berkata tanpa mampu menjadi yang dipuja
Aku yang lagi-lagi berkata, 
Maafkan.....
Aku bukan apa-apa

Karena aku hanyalah aku

Dan aku syukuri
Tak perlu kurayu karena kamu telah mengerti
Tak perlu kumohon karena kamu telah memaklumi
Tak  perlu kuberlutut karena kamu telah menerima kenyataan

Bahwa aku hanyalah aku



====================================================
Pontianak 11 Januari 2009
====================================================

Notes: Setengah kaget, karena baru tadi malam 03 Des 2012, aku sempat chat sama seseorang yang yah lumayan kasih motivasi banget buat nulis, beliau mengutip bait puisi lamaku ini dan aku cukup terkejut ternyata beliau memberikan perhatian lebih pada puisi ini. 
Dan barusan, tak sengaja waktu bongkar akun myspace buat pasang feed animator, eh nemu puisi ini.

Puisi ini dulu aku buat untuk seseorang yang sekarang mungkin bahkan sudah lupa pernah mencintai aku.
Hahaha.. puisinya gak lagi relevan, tapi kedalaman kenangan dibaliknya tak akan datar terkuburkan sedih dan pertikaian.

0 komentar:

Posting Komentar