Cara Menolak dan Bilang TIDAK (Tanpa jadi nyebelin)

Memang benar loh, sejatinya di tubuh kita itu penuh bertebaran sifat alami "ingin menyenangkan orang lain", jadi karena perkara itu lah mengatakan "tidak" ketika dimintai tolong bisa jadi hal yang super susah dilakukan. Kita cenderung tidak ingin memperlihatkan "penyangkalan" atau "penolakan" atau ketidak setujuan kita dalam percakapan apapun dengan siapapun, karena pada dasarnya kita tidak menginginkan konfrontasi, atau tidak menginginkan pandangan orang lain terhadap kita menjadi turun karena kita tidak menyetujui mereka. Tapi sebetulnya, kita bisa kok melakukan semua itu tanpa harus jadi nyebelin.

Kalau anda masih baca artikel ini, kemungkinan anda punya masalah untuk bilang TIDAK, hehe, kita punya masalah yang sama, sampai akhirnya saya tahu dan belajar bahwa tidak selalu harus membantu orang lain itu bisa jadi hal yang ueeennaaaakkk...  Tapi beneran kok, bahwa mampu berkata TIDAK itu merupakan bagian dari kemampuan menghargai waktu dan diri kita sendiri. Memang sih membantu orang lain itu menyenangkan dan juga perbuatan mulia, tapi kalau anda cuma bisa bilang IYA setiap kali ada orang meminta bantuan, toh anda juga kan gak bisa melakukan semuanya.  Dan... bener gak.. bakalan sering melakukan pekerjaan yang kita gak sukai. Nah kondisi begini toh gak akan bagus juga buat semuanya, gimana kita bisa melakukan yang terbaik sih untuk pekerjaan yang kita gak sukai, kita merasa terpaksa melakukannya, dan kita jauh banget dari kata bahagia. Jadi kalau anda terlalu banyak bilang IYA dan terlalu sedikit bilang TIDAK, kemungkinan besar anda merasakan juga kan kejadian2 nyebelin kayak gitu. Lalu gimana dong biar gak gitu lagi? Anda cuma butuh sedikit ketegasan dan kepercayaan diri. Nah berikut adalah trik2 yang berhasil saya terapkan, semoga ampuh juga buat semua.


Memahami Situasi Diri Sendiri Untuk Menghindari Rasa Bersalah Karena Bilang "TIDAK"

Ketika kita berada pada kondisi dimana kita harus mengatakan "TIDAK", cara mengutarakannya akan menjadi sangat beragam tergantung dari kondisi dan situasi yang berlangsung saat itu. Contoh, cara kita menolak permintaan boss bakalan berbeda dengan cara kita menolak permintaan pengemis. Permintaan untuk membagi rejeki, memegangkan tas, menjaga anak balita tetangga, memegangkan buku dan tas, tawaran untuk beli pot bunga, dan permintaan untuk ikutan menanda tangani petisi yang sedikit penting, semuanya membutuhkan "TIDAK" dengan gaya dan cara yang berbeda. Tergantung dari bagaimana pandangan anda terhadap permintaan tersebut, siapa yang melakukan permintaan tersebut, dan kemampuan anda untuk memenuhi permintaan tersebut. Ini lah yang menyebabkan ada kalanya begitu sulit bagi kita untuk mengucapkan "TIDAK". 

Penyebab utama timbulnya perasaan bersalah karena mengucapkan "TIDAK" adalah kurang yakinnya kita atas alasan mengapa kita mesti mengucapkan kata "TIDAK". Kalau setelah anda menolak memberikan sumbangan, atau ikut membubuhkan tanda-tangan untuk sebuah petisi di jalanan lalu anda merenung dan bertanya-tanya di hati "duh tadi tuh harusnya kasih aja gak yah?" dan pemikiran tersebut jauh lebih besar dari pemahaman anda terhadap kondisi pribadi anda yang seperti apa kah yang membuat anda harus mengucapkan "TIDAK" atas permintaan sumbangan atau tanda-tangan tadi, maka yakinlah, penyesalan akan menusuk jauh ke relung sanubari... 

Lain hal jika anda tahu apa yang anda rasakan, maka akan lebih mudah juga membulatkan tekad untuk memutuskan. Kalau seperti ini, maka lain kali ada orang meminta anda untuk melakukan sesuatu, maka anda akan bisa menanyakan pada diri sendiri "apakah saya mau melakukannya?" dan jawaban atas pertanyaan itulah yang dijadikan landasan untuk memutuskan. Kalau anda merasa ragu dan tak yakin, jangan merasa tertekan dan diharuskan menjawab iya atau tidak pada saat itu juga. Bilang saja bahwa anda membutuhkan waktu untuk berfikir dan meyakinkan diri apakah anda bisa melakukan hal tersebut atau tidak. Kalau orang tersebut masih mampu berfikir, maka orang tersebut cenderung akan memahami posisi anda dan malah bersyukur bahwa anda memilih untuk berfikir dan mempertimbangkan permintaannya dan bukannya langsung menolak mentah-mentah cuma karena perasaan gak yakin. 

Tidak Perlu Mengutarakan Alasan Yang Panjang Lebar dan Terlalu Mnedetil.

Ketika mengatakan "TIDAK" kita biasanya merasa wajib untuk mengutarakan alasan, soalnya akan terkesan "GAK SOPAN" atau "KEJAM" dll kalo kita cuma menolak tanpa memberikan alasan apa2. Tapi coba pikirin deh, ketika kita meminta tolong sama seseorang dan orang itu bilang "Maaf, aku gak bisa bantu", apa lantas kita menganggap orang tersebut barbar atau tidak berprikemanusiaan? Enggak kan? Memang sih bukan berarti kita bisa sepenuhnya memberikan jawaban "TIDAK" tanpa mengikutsertakan konteks yang terkait, tapi melengkapi jawaban dengan alasan justru membuat orang memiliki alasan untuk menguji dan menggoyahkan keputusan anda. contoh:


"Aku gak bisa nemenin nyari sendal jepit kamu yang hilang sebelah satu bulan lalu, soalnya aku musti menyapu halaman dan mencucui baju serta piring, terus mengganti genteng2 yang pecah dan pasang langit2 baru untuk ruang tamu"

Dari contoh yang luar biasa bokis ini, orang yang meminta bantuan anda melakukan kegiatan membosankan dan nyaris sia-sia malah justru bisa menawarkan untuk membantu anda menyapu, ganti genteng bocor, ganti langit2 dll, atau kalau orang tersebut ngotot malah bisa mempekerjakan kuli untuk membantu anda. Coba kita tarik contoh ini ke dunia nyata, ketika kita memberikan alasan, kita juga memberikan kesempatan kepada orang yang meminta bantuan kita, untuk mencoba memecahkan masalah yang membuat anda tidak bisa membantu dia. Kalau orang tersebut benar-benar membutuhkan bantuan anda, mereka akan terus menerus berusaha meyakinkan anda bahwa anda bisa melakukan apa yang mereka minta. Jika anda benar2 tidak mau, lupain alasan, lemparin aja ke comberan.

Secara norma dan etika, cuma bilang "TIDAK" tanpa konteks apapun akan terkesan kasar. Yang harus kita ucapkan adalah " Wah.. aku gak bisa" atau "Maaf, aku gak punya cukup waktu sekarang ini." Jangan ragu juga buat menambahkan "Tapi makasih yah udah ajak aku" kalau anda mau nambahin manisnya kesopanan. Intinya adalah hindari beralasan dan cukup kasih konteks seperlunya. Informasi yang berlebihan hanya akan menimbulkan masalah dan menampilkan betapa anda merasa bersalah karena bilang "TIDAK."

Ketika Kata "TIDAK" Saja Tak Cukup
Ada beberapa orang yang tak bisa berhenti merengek meskipun berkali-kali kita bilang "TIDAK", perilaku seperti ini adalah perilaku yang buruk dan anda tidak perlu merasa tak enak untuk juga terus menerus menolak permintaan yang tanpa henti itu dengan tegas. Orang tersebut harus mengetahui bahwa anda tak akan merubah keputusan anda, dan mereka cenderung masih terus merengek karena:

  1. Mereka putus asa
  2. Yakin bahwa mereka bisa membuat anda berubah pikiran dan memenuhi permintaannya


Untuk menghentikannya, bilang saja bahwa anda mengerti keinginan mereka, tetapi anda tidak mau, dan keputusan anda tidak akan berubah. Contoh:
"Kartiyem, aku ngerti kamu mau aku ikutan seminar bisnis kamu yang berhadiah kapal pesiar itu, tapi aku gak tertarik ikutan seminar dan bisnis seperti itu, dan aku gak akan berubah pikiran walaupun kamu gak berhenti ngajak aku, jadi tolong berhenti ajak aku"

Nah, kalau dia masih tetap ngotot dan terus menerus merengek, sebaiknya anda segera kabur, karena anda sedang berurusan dengan orang yang gak masuk akal.

Jangan Sampai Kecanduan Bilang "TIDAK"
Ada satu hal yang perlu diingat, jangan hilangkan kata "YA" dari perbendaharaan kata anda. Sekali kita merasa nyaman untuk bilang "TIDAK" dan menikmati waktu luang yang lebih banyak, ada kemungkinan kita akan keterusan mengatakan itu tanpa berpikir panjang. Bukankah begitu banyak hal yang harus kita lakukan meskipun kita tidak ingin melakukannya? Sebagian besar orang gak suka pekerjaan bersih-bersih, tapi kan kita gak bisa selamanya menolak tugas anda. Pikirkan juga bahwa semakin banyak kita menolong teman, maka akan semakin banyak juga teman yang mau menolong kita ketika kita membutuhkan. Terkadang kekuatan kata "TIDAK" bisa sangat berlebihan, seperti halnya kebaikan dan keburukan, kita juga perlu kata "YA" untuk menyeimbangkan. 


0 komentar:

Posting Komentar